Menghapus Air Mataku dengan Jarimu Sendiri (1)

Written by ulfi noviani , 27 Apr 2013 06.26


                                       Menghapus Air Mataku dengan Jarimu Sendiri  (1)

     Gemuruh suara hujan memecahkan heningnya malam. Dentuman suara jarum jam terasa berjarak dekat dengan telinga Ratna. Suara Guntur membangunkannya yang sedang setengah tertidur. Matanya mengerjap. Tubuhnya bergetar hebat. Tangannya meremas selimut tebal yang ia pakaikan ditubuhya. Keringat dingin mengucur diseluruh tubuh Ratna. Ketika Ratna menyentuh tubuhnya, suhu badannya naik dari sebelumnya. Suhu panas menjalar diseluruh tubuhnya. Ratna menghempaskan nafasnya berat. Perlahan ia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya.
     Tiba-tiba ada suara bel yang terdengar nyaring hingga kekamar Ratna. Tergopoh-gopoh Ratna berjalan keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu. Bel itu ditekan berkali-kali dengan tidak sabaran. Ratna sedikit mempercepat langkahnya, sambil terus memegang kepalanya yang terasa pusing. Dengan gerakan lemah Ratna membukakan pintu rumahnya. Dihadapannya sudah berdiri seorang pria dengan badan yang basah kuyup. Badannya terlihat menggigil kedinginan. Ratna masuk kedalam rumah setengah berlari, dan kembali dengan membawa sebuah handuk ditangannya.
     “yaampun... elo ngapain ujan-ujanan?” Tanya Ratna cemas. “masuk dulu” lanjut Ratna. Mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah. “ngapain elo ujan-ujanan kesini?” Ratna mencoba bertanya lagi, ketika Tio sudah duduk dikursi, Ratna menatap Tio dengan heran. “kata Dena tadi elo gamasuk kampus katanya sakit, udah aja gue nengokin elo kesini sekalian pulang ngampus. Oh iya gue bawain elo bubur, makan yaa..” jelas Tio dengan menyunggingkan senyum kearah Ratna. “kenapa lu harus repot-repot nengokin gue? Elo kan tau ada pacar gue, ngga usah khawatir..” Tio menundukan kepalanya. Mendengar perkataan Ratna Tio merasakan sakit yang tak mampu untuk diutarakan. Tio memperhatikan Ratna lebih dari kekasihnya. Ia selalu ada waktu untuk Ratna kapanpun ia minta, berbeda dengan kekasihnya Rangga. Ratna pun sering mengeluhkan kepada Tio, tentang kesibukan kekasihnya itu, jarang sekali Ratna mendapat celah waktu dari Rangga. Tapi sejauh ini Ratna tidak pernah mengerti akan hal itu. Ratna tetap menyayangi dan mencintai Rangga, dan hanya menganggap Tio sebagai sahabatnya saja tidak lebih.
     “Rangga maksud lo? Bukannya Rangga selalu sibuk yana, dan ngga pernah peduliin mau elo sakit atau apa.. buktinya dia belum sempet nengok elo kan?!” Tio mengangkat kepalanya, ia berbicara sambil menatap tajam kearah Ratna. Sementara Ratna hanya tertunduk lemah. Matanya berkaca-kaca. Ia menggigit bibirnya, menahan tangis. Ratna menyadari apa yang dibicarakan oleh Tio. “udahlahh... mungkin dia sibuk! Gue gapapa ko, gue baik-baik aja..” suara Ratna sangat terdengar parau. “yaampun na.. kapan elo sadar? Gue yang selalu ada buat elo, dan Rangga? Dimana pacar elo sekarang?” tukas Tio terlanjur kesal. “please Tio.. seharusnya elo ngertiin gue huhuhu..gue udah terlanjur sayang sama Rangga, please juga jangan teken gue kaya gini huhuhu…” tangisnya pun pecah, Ratna tidak bisa menahannya lagi. Ia berbicara sambil tergugu. Tio menatap Ratna dengan perasaan bersalah. Ia sangat ingin mendekap Ratna, dan menghapuskan air mata yang terus-menerus keluar dari pelupuk matanya. Tapi ia hanya mampu terdiam, karna ia tau Ratna tidak pernah menyukainya jika ia berlalu seperti itu. "udah na jangan nangis, maafin gue.. ini elo hapus air matanya, gue gamau liatnya..” Tio merogoh saku celananya, dan memberikan sapu tangan kepada Ratna. Ratna pun mengambil sapu tangan itu, sambil tersenyum kearah Tio.
     Malam semakin larut. Jarum jam menunjukan pukul 23:00. Tio masih belum pulang dari rumah Ratna. Ia khawatir jika harus meninggalkan Ratna sendirian dirumahnya. Padahal Ratna sudah tertidur pulas dikamarnya. Tio berjalan perlahan dari ruang tengah, menuju kamar Ratna.dengan gerakan hati-hati ia membukakan pintu kamar Ratna. Cahaya lampu yang remang ditambah cahaya lampu dari luar yang menerobos masuk lewat jendela kamar, langsung mengarah pada tubuh Ratna yang sedang tertidur. Dengan langkah yang hati-hati Tio Tio mendekati tempat tidur Ratna. Ia membenarkan selimut tebal yang hampir terjatuh kelantai, dan menutupinya kembali ketubuh Ratna. Angin yang cukup kencang berhembus dan langsung menerpa wajah Tio. Dengan cepat Tio menuju jendela kamar dan menutupnya dengan rapat.
                                                                                    ***
     Suara weker yang nyaring membangunkan Ratna dari tidurnya. Matanya mengerjap. Semuanya masih gelap gulita. Hanya ada cahaya matahari yang menerobos dari celah jendela yang sedikit terbuka. Ia memicingkan matanya, karna cahaya dari luar yang langsung mengarah kematanya.
     Ratna meregangkan kedua tangannya. Ia meraih ponsel dimeja sebelah tempat tidurnya. Diponselnya tertulis ‘1 new message’ ini pasti Rangga. Fikirnya. Dengan gerakan cepat Ratna menekan tombol ‘read’.
     na.. maaf gue semalem ngga bisa nemenin elo sampe pagi. Gue balik dari rumah elo jam set 12 malem.srry ya.. ohiya, gimana kabar elo? Udah baikan?”
     Ratna menghempaskan nafasnya. Ternyata Rangga tidak mengirimkan sederet SMS pun sepeti yang ia fikirkan, malah Tio. Sudah dua hari ini Rangga belum mengirimkan kabar untuk Ratna dengan alasan ‘sibuk’, yang biasa ia lontarkan kepada Ratna. Sementara Tio tidak pernah seharipun untuk tidak mengirimkan SMS untuk Ratna.
     Ratna mengetikan balasan untuk SMS Tio.
     “okee gapapa ko..kondisi gue udah baik. Sip thanks yapp..”
SEND.
     Beberapa menit kemuadian Tio menirimkan balasan SMS.
     “yaaappp... ohiya tadi sebelum kekampus gue mampir kerumah elo, dan masih tidur, yaudah gue naro bubur dimeja makan, makan ya..”
     Ratna langsung bangkit , dan setengah meloncat menuruni tempat tidurnya. Ia berjalan menuju meja makan, diatas meja sudah ada kantong plastic yang berisi bubur ayam. Ratna pun mengetikan lagi balasan untuk SMS Tio. “yaampun makasih banyak..oke gue makan..” beberapa menit kemudian Tio pun mengirimkan balasan lagi. “yaaapp..everything for you”  Ratna menyaringai ketika mendapati SMS dari Tio.
                                                                                   ***
     Hari ini adalah hari tepat dimana hubungan Ratna dan Rangga menginjak 6 tahun. Malam hari Ratna meberikan congratulation untuk hubungan mereka kepada Rangga lewat SMS.  Namun Rangga belum mengirmkan balasan, mungkin saja ia sibuk. Fikirnya
     Ratna sudah menyiapkan cupcake buatannya untuk diberikan kepada Rangga. Ia meletakannya dimeja makan. Ratna berjalan menuju kamarnya. Ia duduk dikursi yang menghadap meja belajarnya. Ia meraih ballpoint dari tempat ballpoint, dan menarik tempat surat dari tumpukan buku dihadapannya. Ratna membuka tempat surat itu, mengambil sebuah kertas dan sebuah amplop. Ia mulai menuliskan surat untuk Rangga.
     “sayang… selamat hari 6 tahun untuk hubungan kita. Terimakasih atas apa yang udah kamu kasih untuk aku selama ini. Dan maaf klau aku belum bisa menjadi apa yang kamu mau, aku masih belum terlihat sempurna dimata kamu.
     Aku berterimakasih kepada tuhan yang telah meberikan aku kesabaran tanpa memberikan batasannya. Tuhan memberikan aku kesabaran, bukan dengan dan tanpa alasan. Tuhan memberikannya dengan alasan, agar aku sabar menghadapi semua sikap kamu. Kamu selalu sibuk, dan jarang sekali kamu mempunyai celah waktu untuk aku. Untuk sekedar bertemu. Itu saja.
     Selama 6 tahun aku mampu bertahan dan bersabar menghadapi semuanya. Apakah waktu 3 tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk kamu? Sehingga kamu tidak pernah sedikit saja menghargai kesabaranku.
    Aku tidak pernah menyalahkan siapapun, termasuk kamu. Aku hanya akan selalu merapalkan do’a disetiap sujudku, untuk dan agar suatu saat keadaan ini bisa berubah menjadi lebih indah dan lebih baik dari sebelumnya.
     Aku selalu mencintai dan menyayangimu.
     From : Ratna
     Ratna menghela nafas panjang. Ia selalu berusaha menyunggingkan senyum dibirnya, tak perduli sesakit dan sesedih apapun dia. Karna menurutnya dengan tersenyum ia mampu untuk kuat.
    Ia melipatkan suratnya dan memasukan kedalam amplop. Ia bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju meja makan. Ratna menyisipkan amplop surat itu, dibagian luar tempat cupcake.
                                                                                     ***
     Sore ini ratna ada jam kuliah hingga malam. Ratna sudah bersiap-siap untuk pergi kekampusnya. Ia memutuskan untuk memberikan cupcake setelah selesai jam kuliah.
    Ratna meraih tasnya, dan mengambil cupcake dengan kedua tangannya. Ia pun langsung keluar dari rumahnya, dan menunggu taxi yang sering barlalu didepan gerbang rumahnya. Ketika ada taxi yang berlalu, Ratna langsung saja melambaikan salah satu tangannya yang sedang memegang cupcake. Lalu ia langsung masuk kedalam taxi tersebut.
     Sesampainya dikampus, Ratna langsung berjalan menuju kelasnya. Beberapa menit kemudian jam pelajaranpun dimulai, dan dosen pun memasuki kelasnya. Didalam kelas Ratna sama sekali tidak mendengarkan apalagi  memperhatikan dosennya. Ia melamun. Ada yang mengganggu fikirannya. Entah kenapa rasa sedih tiba-tiba berkecamuk dihati dan fikirannya terseret  pada sosok dua pria, yaitu ‘Rangga&Tio’. Rangga pria yang sangat ia cintai dan sayangi, sedangkan Tio adalah pria baik namun Ratna tidak menyimpan sedikitpun perasaan untuk Tio. Ratna menggelengkan kepalanya. Ia mencoba menarik dua orang itu keluar dari fikirannya, dan mencoba focus kepada pelajarannya.
     Setelah selesai jam kuliahnya. Dosen pun keluar. Ia membereskan buku dan ballpoint kedalam kelasnya. Ratna pun berjalan keluar dari kelasnya. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 19:00. Ia terus berjalan dengan gerakan cepat menuju halte yang dekat dengan kampusnya. Tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Setengah berlari ia menuju halte biasa dengan terus memegangi cupcake yang dibungkus plastic dengan hati-hati. Sesampainya dihalte badannya basah kuyup.
     Gemuruh suara hujan sangat terlihat jelas ditelinga Ratna. Suara Guntur terdengar keras. Ratna menutup telinganya agar suara guntur tidak terlalu mengagetkannya. Tubuhnya menggigil hebat, karna hembusan angin yang langsung menerpa tubuhnya.
     Ratna sudah menunggu selama 30 menit, namun belum ada taxi kosong yang berlalu dihadapannya. Ia merogoh tas, dan mengambil ponsel dari dalamnya. Ia menggenggam ponsel dengan tangannya yang bergetar.  Ia mencoba menelpon Rangga. Terdengar suara nada sambung tidak lama telpon pun diangkat.
“halloo…” suara Rangga setengah berteriak dari sana. Terdengar sangat berisik, banyak orang yang sedang mengobrol.
“hallo..kamu dimana?” suara Ratna terdengar parau.
“aku dikampus..ada apa?”
Ratna menghembuskan nafasnya berat.
“kamu bisa jemput aku?”
“sorry aku lagi sibuk seminar. Kamu minta jemput siapa deh. Aku ga bisa. Udah ya ini ada temen aku manggil..”
“tapi aku udah buatin-“ ucap Ratna terpotong.
“maaf na…” tut..tut..tut…
     Telepon dimatikan dari sana. Belum sempat Ratna menyelesaikan perkataannya. Seketika itupun tangis Ratna pecah. Ia menangis tersedu-sedu.
     Beberapa menit kemudian suara dering ponsel Ratna yang melengking terdengar. Ia merogoh tasnya. Ia melihat dilayar ponselnya ada nama “Tio” dengan gerakan perlahan ia menekan tombol ‘answer’
“Hallo…” suaranya terdengar berat.
“hallo na.. elo dimana? Ko perasaan gue gaenak ya?!” suara Tio terdengar cemas.
“gue dihalte kampus, masih nunggu taxi”
“ujan-ujan gini? Sama siapa? Rangga mana?
“sendiri. Dia sibuk”
“yaudah lu tunggu disitu, gue kesana!” tut..tut..tut.. Telpon langsung dimatikan.
     Beberapa menit kemudian, tidak lama mobil Tio pun mendekati halte tempat Ratna. Tergopoh-gopoh Tio keluar dari mobilnya sambil membawa payung ditangannya. “hayu naa, masuk kemobil” ucap Tio, menarik ringan tangan Ratna. Ratna pun masuk kedalam mobil dengan dipayungi Tio. “baju lu basah” ucap Tio sambil terus menyetir mobil. “iya” jawab Ratna datar. “itu elo bawa apaan?” Tanya Tio penasaran. “cupcake” Ratna masih datar. “buat Rangga ya? Kenapa elo ngga kasiin ke dia? Atau mungkin dia masih sibuk kaya biasanya?” Ratna terdiam. Air matapun mulai mengalir dari pelupuk matanya. “Rangga jahat tio. Dia jahat banget sama gue..disaat anniv pun dia gaada waktu buat gue.. huhuhu” air mata Ratna menyeruak dimatanya yang sudah bengkak. “udah na udah please gue gamau denger lu nangis. Udah ya nanti gue bantu ngasiin cupcake nya keRangga” Ucap Tio sambil mengelus rambut Ratna dengan salah satu tangannya. Mereka saling bertatapan.
Continue : “Menghapus Air Mataku dengan Jarimu Sendiri  (2)

0 Komengs "Menghapus Air Mataku dengan Jarimu Sendiri (1)"

Posting Komentar