DIARY

Written by ulfi noviani , 9 Apr 2013 01.56

                          DIARY
     Diana, terlihat gadis itu sedang terduduk dikursi menghadap sebuah meja tempat buku. Dengan ballpoint ditangannya, dan sebuah buku diary miliknya. Dibagian couver diarynya, Diana menempelkan fhotonya dengan Dimas, kekasihnya. Dan bertuliskan “You my angels”, tepat dibagian bawah fhoto Dimas. Diana mulai membalik-balikan kertas diarynya untuk mencari halaman kosong, dimana dia akan mulai lagi menulis menuliskan isi hatinya. Yaa..hanya kepada diary dia mengungkapkan isi hatinya. Menurutnya diarylah yang mampu dengan setianya, mendengar segala ceritanya. Entah itu disaat dia bahagya, atau bahkan sampai disaat dia bersedih, maka tak jarang untuk Diana meneteskan air matanya diatas diary.
     Didalam ruangan kostnya yang tidak luas, namun cukup untuk dia tinggal sendiri. Dengan lampu yang tidak begitu terang, suasana yang hening. Diana dengan setengah tertunduk, masih dengan ballpoint ditangannya dan diary, lalu menuliskan ballpoint itu diatas diarynya. Tidak lama dya menulis, seketika dya menghentikan menulis. Dia memutar bola matanya kearah kalender, lalu melirik kearah jam dinding. “Oh shitttt!!” Ujarnya sambil melemparkan ballpoint kelantai. Dia teringat klau hari ini Dimas ada tournament pukul 10:00, sedangkan sekarang sudah menunjukan pukul 09:00. Diana langsung berlari kecil kearah dapur, lalu membuatkan nasi goreng kesukaan Dimas. Dengan gerakan sangat cepat, Diana mengganti bajunya lalu mengambil tasnya, Diana memasukan tempat makan yang berisi nasi goreng dan satu botol minuman kedalam tasnya. Tanpa fikir panjang lagi, Diana dengan sangat cepat menuju tempat menunggu taxi. Nafasnya terengah ketika sampai dipinggir jalan, dengan sangat gelisah Diana menunggu taxi, sesekali dia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 09:30. Dari kost menuju kampus tempat Dimas tournament memang hanya membutuhkan waktu 20 menit, tetapi Diana mengkhawatirkan terjebak macet. Tidak lama taxi pun datang, dengan gerakan tidak sabaran Diana langsung menghentikan taxi dengan melentangkan kedua tangannya, dan langsung saja masuk kedalam taxi.
     Diana pun sampai tepat waktu. Diana terus melemparkan pandangannya kesana kemari, mencari-cari Dimas. Hanya terlihat orang yang berlalu lalang disekitarnya, Diana tidak menemukan Dimas. Bahkan sampai 10 menit Diana mencari, namun Dimas masih belum menunjukan batang hidungnya. “Lu Diana ya?” Sapa seseorang dari belakang, dengan nada tidak sopan sambil menepuk punggung Diana. Dia pun seketika membalikan badan. Terlihat seorang perempuan, tinggi, putih, lengkap dengan pakaian cheersnya. “Maaf kamu siapa?” Ucap Diana dengan sangat ramah. Perempuan itupun melemparkan senyum kecut kearah Diana. “Kenalin..gue Jessica. Mantan Dimas yang belum bisa dia move onnin” Jawabnya dengan penuh keyakinan, seolah dia sangat tahu dan dapat membaca apa yang ada difikiran Dimas. Jessica mengulurkan tangannya kearah Diana. Jelas Diana sangat tersentak mendengar apa yang dikatakan Jessica. Matanya hampir berkaca-kaca, namun Diana menyembunyikan rasa kaget yang bercampur sedih dimukanya
, Diana mengganti dengan expresi muka yang dipaksakan seolah “tidak apa-apa” dengan ulasan senyum tipis dibibirnya. Diana membalas uluran tangan Jessica dan menjabatnya. “Lu mau liat Dimas tournament ya?”
“Iya” Jawab Diana singkat sambil tersenyum kearah Jessica.
“Mending lu balik lagi deh” Cetus Jessica.
“Lho kenapa?” Tanya Diana heran.
“Soalnya anak kampus lain ngga boleh ada diarea tournament, cuma anak kampus ini dan anak cheers yang boleh!” Tukas Jessica.
“Oh gitu.yaudah aku boleh titip sesuatu buat Dimas ya?”
“Yaudah sini”
Diana meranggah tasnya, dan memberikan nasi goreng dan minuman yang dia bekal untuk diberikan langsung kepada Dimas. Tapi sudahlah, sama saja. Yang penting nasi goreng ini sampai ketangan Dimas. Fikirnya. Jesica pun langsung menyambar nasi goreng dan satu botol minuman ditangan Diana, dan langsung pergi tanpa menjawab ucapan terimakasih dari Diana.
 
                                                                                    ***
     Siang ini, Diana ada jam pelajaran untuk kuliahnya. Jam pelajaran pun dimulai, Diana memasuki kelasnya. Didalam kelas Diana hanya melamun, tidak mendengarkan apa lagi memperhatikan dosennya. Diana terus memikirkan kejadian tadi, dan juga terus mengingat-ngingat perkataan Jessica. ‘Kenapa Dimas tidak pernah menceritakan tentang Jessica kepadaku? Bahkan Dimas tidak pernah memberitahukan dia mempunyai mantan yang bernama Jessica’. Gerutunya dalam hati.
     Setelah selesai jam kuliahnya, Diana membereskan bukunya dan memasukan kedalam tasnya. Diana berjalan keluar dari kelasnya, dan menuju taman disekitar kampusnya. Disana dia hanya terduduk dikursi taman, dengan tangan dibawah dagunya. Dering suara handphonenya yang nyaring, memecahkan lamunannya. Diana meronggoh tasnya untuk mengambil handphone. Dilayar handphonenya terlihat nama “Dimas. Dengan gerakan sangat cepat Diana menekan tombol ‘answer’.
“Ya hallo..?” Suara Diana terdengar berat.
“Aku kecewa..kenapa kamu tidak datang dalam tournament ku? Apakah kamu sudah tidak peduli? Untung saja ada Jessica yang memberikan makanan dan minuman untuku. Tapi kenapa itu bukan kamu pacarku? Malah mantanku! Aku benar-benar kecewa!” Bentak Dimas, dengan kesal. Dimas terus berbicara, tanpa membiarkan Diana berkata sedikitpun.
“Tapi..-“
Tut..tut..tut… Telepon dimatikan dari sana. Belum sempat Diana berkata dan menjelaskan apapun. Diana menghela nafas panjang. Saat itu air matanya pun turun tidak mampu untuk ditahan lagi, Diana menangis tersedu-sedu.
     Malamnya Dimas tidak memberikan kabar apapun kepada Diana. Bahkan beberapa kali telpon dan SMS Diana tidak dia jawab satupun. Diana sangat cemas. Dalam situasi seperti itu, Diana mulai lagi menulis diary.
                                                                                 ***
     Tiga hari berlalu, namun Dimas masih saja belum memberikan kabar kepada Diana. Diana memutuskan untuk mencoba lagi menghubungi Dimas. Diana mengambil handphonenya dan menelpon Dimas. Hanya terdengar nada sambung, tidak lama telponpun diangkat.
“Halloo..” Terdengar suara perempuan dari sana. Diana tidak menjawab.
“Halloooo..hallo siapa ini?” Diana masih tidak menjawab. Diana tidak memerdulikannya, dia langsung menutup telponnya. Air matapun mulai keluar dari pelupuk matanya. Dia terduduk lemah dikursi. Tangan dan kakinya seakan tidak mampu lagi untuk digerakan. Dia merasakan sakit yang mendalam. Diana langsung menghapus air mata dengan tangannya dengan gerakan cepat. Diana tidak akan diam begini saja. Diana memutuskan untuk pergi kerumah Dimas sekarang juga. Diana mengambil tasnya, dan langsung pergi kerumah Dimas.
     Sesampainya didepan rumah Dimas, Diana memencet bel rumah Dimas. Tidak lama ada seseorang membukakan pintu. Dihadapannya sudah ada perempuan cantik, tinggi, berkulit putih. Yaa..dya Jessica. Begitu  kaget Diana mengetahui bahwa Jessica ada dirumah Dimas. “Mau apa lu kesini? Dimas udah gak butuh lu lagi! Dia lagi sakit aja lu gak tau, pacar macam apa lu?!” Seru Jessica membentak. Dari dalam Dimas mendengar perkataan Jessica, yang terdengar cukup keras. “Siapa itu jes?” Tanya Dimas dari dalam sambil berjalan perlahan menghampiri Jessica. “Buat apa kamu kesini? Balik aja deh! Mulai sekarang kita putus..aku udah jadian sama Jessica!” Tukas Dimas, menatap tajam kearah Diana. dengan nada tinggi, membuat Diana berjalan mundur satu langkah dari tempat semula dia berdiri. Diana sudah tidak mampu untuk menahan air matanya. Tidak sadar tasnya terjatuh, dan diambilnya kembali. Diana membalikan badannya, dia berlari secepat-cepatnya menjauhi mereka. Isak tangis mulai menyeruak, Diana masih terus berlari walupun hujan mengguyur badannya hingga basah, Diana merasakan sakit yang termat mendalam.
     Sebulan telah berlalu, hubungan Dimas dan Jessica sudah berakhir dua hari yang lalu, hubungan mereka tidak berjalan lama. Jessica lebih memilih menyudahi hubungannya dengan Dimas, demi seorang pria yang lebih kaya dari Dimas. Dimas menyadari dan menyesali perbuatannya yang lalu kepada Diana. Mungkin ini yang dinamakan 'karma'. Fikirnya.
     Ketika Dimas sedang duduk didepan rumahnya, tiba-tiba saja pembantunya memberikan sebuah buku. “den..denn.. ini pasti buku punya aden..” Kata pembantunya sambil memberikan buku itu kepada Dimas.
“Ini apa bi?”
“Bibi juga gak tahu den, bibi nemunnya 10 hari yang lalu. Bibi lupa mau ngasihinnya keaden, abisnya aden juga belakangan ini sibuk jarang ada dirumah” Seru pembantunya. Dengan rasa penasaran, Dimas membaca buku itu dari awal hingga akhir. Ternyata buku itu adalah diary milik Diana. Dimas teringat dulu ketika Diana terakhir kali kerumahnya. Ketika hendak pergi tasnya terjatuh, mungkin diary ini terjatuh bersamaan dengan tas Diana yang terjatuh. Fikirnya.
    Penyesalan yang sangat dalam kini dirasakan Dimas. Didalam diary itu diceritaan: Tentang pertama kali Diana dan Dimas bertemu, begitu Diana sangat menyayangi Dimas, dan didalam diary itupun diceritakan tentang pertemuan Diana dan Jessica. Dibagian akhir diary itu tertulis :
Dimas is you my angels!! How can an angel hur my heart?!!!!!! :’(
     Dimas langsung mengambil handphone dan mencoba menghubungi Diana, namun nomernya tidak aktif. Dimas pun memutuskan pergi kekost tempat Diana tinggal. Namun ibu kostnya berkata bahwa Diana sudah pindah sejak 2 minggu yang lalu. Dimas pun langsung memarkirkan mobilnya dan menyetir dengan sangat kencang. Dimas menuju tempat dimana dya pertama kali menemui Diana. Ditaman. Disana Dimas hanya mampu meneriakan nama Diana berkali-kali, yang padahal Diana tidak mungkin akan mendengarnya. Hujan pun mengguyur tubuh Dimas, tidak terlihat air mata pun terus menghujani pipinya. Dimas merasakan penyesalan dan sakit yang mendalam,  jauh terasa lebih sakit dari yang Diana rasakan saat itu.

0 Komengs "DIARY"

Posting Komentar